CANDISARI - Delapan dolanan anak diajarkan kepada 30 remaja di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Jalan Sriwijaya No 29, Jumat (6/7). Peserta pelatihan merupakan anggota Forum Anak Kota Semarang (Fase).
Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Hari Anak Nasional yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang, bekerja sama dengan Yayasan Anantaka.
Puncak kegiatan dilakukan pada 26 Juli. ”Tema Hari Anak Nasional kali ini adalah ”Anak Indonesia, Anak Genius (Gesit, Empati, Berani, Unggul, Sehat)”. Dolanan anak sebagai wadah interaksi sosial,” kata Fonder Yayasan Anantaka, Tsaniatus Solihah.
Dia menjelaskan, dolanan yang diajarkan antara lain Macanan, Ular Tangga, Halma, Tembakan, Ceplokan Kertas, Origami, Engklek, dan Sprentol. Sebagai pemandu pelatihan adalah seniman kawan Semarang, Widyo ”Babahe” Leksono. ”Peserta berusia di bawah 18 tahun. Bersama dolanan ini kami ingin memberikan pemenuhan hak anak yakni hak bermain, mengenalkan nilai-nilai dari dolanan anak, dan mendorong interaksi sosial melalui dolanan anak,” imbuhnya.
Menurut Solihah, ada empat jenis dolanan anak. Pertama, dolanan tanpa tembang, kemudian dolanan dengan tembang, dolanan hanya tembang atau tembang dolanan, dan dolanan berupa barang. ”Pelatihan ini memilih dolanan tanpa tembang dan dolanan berupa barang,” ucap Solihah.
Dua Kategori
Selain itu, tambah dia, diadakan pula bermacam lomba, bertempat di TBRS. Lomba digelar pada 23-24 Juli dibagi menjadi dua kategori. ”Kategori SD berupa Lomba Gambar, Pidato Bahasa Jawa, Tembang, dan Donalan.
Adapun, kategori SMPyakni Tari Semarangan, Pantomim, dan Macapat,” ujarnya.
Kegiatan ini juga melibatkan Komunitas Harapan, Hompimpa, Yayasan Setara, dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata (YKKS). Sementara Yayasan Anantaka sebagai penggelar kegeiatan merupakan lembaga nirlaba yang menitikberatkan gerakan dan peran aktif dalam upaya berkelanjutan memperkokoh identitas kebudayaan dan jati diri bangsa. ”Visi kami mewujudkan masyarakat yang memahami dan menghargai nilai-nilai budaya,” kata Solihah. (akv-48)
sumber: https://www.suaramerdeka.com